Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Jumlah Pemuda Pengangguran di Indonesia, antara Potensi dan Masalah


Aktivitas dan potensi ekonomi tidak hanya ditinjau dari pemuda yang bekerja dan produktif, tetapi juga pemuda yang sedang menganggur atau mencari pekerjaan. Berikut jumlah pemuda pengangguran di Indonesia, beserta potensi dan masalah.

Energi dan potensi pemuda harus segera disalurkan, supaya tidak menjadi masalah di tengah masyarakat. Jangan sampai pemuda yang seharusnya. menjadi tulang punggung dalam pembangunan perekonomian nasional, pada kenyataannya justru menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat.

Pemuda pengangguran merupakan pemuda yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, merasa putus asa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, atau sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.


Besarnya angkatan kerja pemuda yang menjadi pengangguran dapat diukur dengan indikator yang disebut Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pemuda. TPT merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat pengangguran di suatu wilayah.

Indikator ini diharapkan bisa menjadi acuan penyusunan kebijakan pembangunan ketenagakerjaan sekaligus menjadi evaluasi proses pembangunan yang telah berjalan.


Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pemuda, 2017

TPT pemuda Indonesia tahun 2017 sebesar 14,02 persen menunjukkan bahwa dari setiap 100 angkatan kerja pemuda, terdapat sekitar 14 pemuda yang tidak bekerja dan sedang mempersiapkan usaha atau mencari pekerjaan. Menurut tipe daerah, nilai TPT pemuda di perkotaan lebih tinggi daripada di perdesaan (15,92 persen berbanding 11,50 persen).

Jika dilihat menurut jenis kelamin, TPT pemuda perempuan lebih tinggi daripada pemuda laki-laki (14,42 persen berbanding 13,78 persen). Hal ini dapat disebabkan karena perempuan cenderung mau mulai bekerja jika upah/gaji yang ditawarkan cukup tinggi (Borjas, 2006).

Jika dilihat baik secara umum, berdasarkan tipe daerah, maupun jenis kelamin, nilai TPT pemuda menurut tingkat pendidikan menunjukkan pola yang sama. Nilai TPT pemuda yang paling tinggi adalah mereka yang berpendidikan SMA/sederajat,  diikuti  perguruan  tinggi,  kemudian SMP/sederajat.


Hal ini terjadi karena umumnya pemuda dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, cenderung untuk menunda bekerja karena mencari pekerjaan yang berkualitas atau mempersiapkan usaha yang sesuai dengan kemampuannya.

Sementara itu, mereka yang memiliki tingkat pendidikan yang  lebih rendah cenderung untuk menerima segala macam pekerjaan yang bisa memberi mereka penghasilan.


Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pemuda menurut Tingkat Pendidikan, 2017

Lebih banyaknya pemuda pengangguran berpendidikan SMA/sederajat ke atas ini menunjukkan adanya fenomena pengangguran terdidik di kalangan pemuda. Hal ini dapat menjadi potensi jika dikelola dengan baik, namun juga bisa menjadi masalah bila dibiarkan begitu saja.

Secara teori, pendidikan  yang  tinggi  berhubungan  positif  dengan produktivitas. Semakin tinggi pendidikan pemuda pekerja, akan semakin tinggi produktivitas kerja mereka, sehingga output yang dihasilkan juga akan semakin besar, dan hal ini tentu menguntungkan semua pihak.


Pendidikan yang semakin tinggi mendorong pemuda untuk mendapatkan posisi yang lebih baik dalam pekerjaan, yang berujung pada semakin tinggi pula upah/gaji yang akan diterima. Namun demikian, pendidikan tinggi yang seharusnya menghindarkan mereka dari pengangguran justru pada kenyataannya  membuat  mereka  menjadi  pengangguran.

Mereka tidak kunjung mendapat perkerjaan yang sesuai dengan kemampuan mereka karena memang lapangan pekerjaan yang terbatas. Jika kondisi ini dibiarkan terus menerus, pemuda yang digadang-gadang menjadi penerus bangsa pada akhirnya hanya akan menjadi beban keluarga, pemerintah, dan masyarakat luas.(*)

1 komentar untuk "Jumlah Pemuda Pengangguran di Indonesia, antara Potensi dan Masalah"