Pendidikan Pemuda Indonesia, Angka Buta Huruf
Masa depan bangsa yang cerah akan terwujud ketika pemuda-pemuda yang dilahirkan berkualitas. Pendidikan menjadi satu investasi penting. Lantas bagaimana pendidikan pemuda Indonesia saat ini?
Ilmu pengetahuan dalam era kemajuan global menjadi senjata terbaik yang dapat digunakan untuk berkompetisi secara sehat dengan bangsa lain.
Untuk itu pemerintah berupaya melakukan peningkatan mutu dan jumlah fasilitas pendidikan bagi masyarakat. Ini sekaligus untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan keempat.
Yakni memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas, setara, serta mendukung kesempatan belajar seumur hidup bagi semua.
Kemampuan baca tulis merupakan suatu kemampuan dasar yang penting karena melibatkan pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang sehingga orang tersebut dapat mencapai tujuannya.
Hal tersebut berkaitan langsung dengan bagaimana cara seseorang mendapatkan pengetahuan, menggali potensinya, dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang lebih luas.
Baca Juga: Peran Pemuda Menyongsong Indonesia Emas 2045
Membaca dan menulis merupakan salah satu langkah awal untuk seseorang agar dapat mengembangkan diri yang nantinya akan turut memengaruhi kualitas pendidikannya di masa yang akan datang.
Selain itu, kemampuan baca tulis juga merupakan tolok ukur penting dalam mempertimbangkan kemampuan sumber daya manusia di suatu daerah.
Tinggi rendahnya kemampuan baca tulis penduduk dapat digambarkan melalui angka buta huruf yang sekaligus sebagai salah satu indikator global yang menjadi target dalam Sustainable Development Goals (SDGs).
Indikator ini kerap dilihat sebagai proksi untuk mengukur kemajuan pembangunan sosial dan ekonomi.
Keberhasilan program pemberantasan buta huruf yang sudah dibangun sejak tahun 1995 telah memperlihatkan hasil yang cukup bagus, khususnya pada usia pemuda.
Angka buta huruf pemuda menunjukkan tren menurun selama kurang lebih lima tahun terakhir,.
Jika dilihat kondisi yang terjadi pada tahun 2017, dapat dikatakan bahwa hampir seratus persen pemuda Indonesia sudah memiliki kemampuan baca tulis dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara angka buta huruf pemuda laki-laki maupun perempuan.
Berdasarkan fakta ini, tentunya apa yang sudah menjadi kerja keras bersama pemerintah dan masyarakat dengan berpedoman pada peraturan bersama.
Meskipun besarnya hanya sekitar satu persen, angka buta huruf antara pemuda di daerah perkotaan dan perdesaan masih menunjukkan kesenjangan.
Di mana angka buta huruf pemuda di perdesaan mencapai delapan kali lipat pemuda di perkotaan.
Belum meratanya pembangunan fasilitas pendidikan, serta terbatasnya akses terhadap fasilitas tersebut ikut memicu terjadinya keadaan ini.
Baca Juga: Kapan Menikah? Pemuda Indonesia Makin Betah Melajang
Status ekonomi rumah tangga dapat digambarkan melalui kelompok pengeluaran rumah tangga yang terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok pengeluaran 40 persen terbawah, 40 persen menengah, dan 20 persen teratas.
Jika dilihat dari kelompok pengeluaran, angka buta huruf tertinggi terdapat pada kelompok pengeluaran 40 persen terbawah. Sebesar 0,69 persen penduduknya masih buta huruf, disusul kelompok pengeluaran 40 persen menengah sebesar 0,33 persen dan kelompok pengeluaran 20 persen teratas sebesar 0,25 persen.
Sumber: BPS Indonesia
Ilmu pengetahuan dalam era kemajuan global menjadi senjata terbaik yang dapat digunakan untuk berkompetisi secara sehat dengan bangsa lain.
Untuk itu pemerintah berupaya melakukan peningkatan mutu dan jumlah fasilitas pendidikan bagi masyarakat. Ini sekaligus untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan keempat.
Yakni memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas, setara, serta mendukung kesempatan belajar seumur hidup bagi semua.
Kemampuan baca tulis merupakan suatu kemampuan dasar yang penting karena melibatkan pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang sehingga orang tersebut dapat mencapai tujuannya.
Hal tersebut berkaitan langsung dengan bagaimana cara seseorang mendapatkan pengetahuan, menggali potensinya, dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang lebih luas.
Baca Juga: Peran Pemuda Menyongsong Indonesia Emas 2045
Membaca dan menulis merupakan salah satu langkah awal untuk seseorang agar dapat mengembangkan diri yang nantinya akan turut memengaruhi kualitas pendidikannya di masa yang akan datang.
Selain itu, kemampuan baca tulis juga merupakan tolok ukur penting dalam mempertimbangkan kemampuan sumber daya manusia di suatu daerah.
Tinggi rendahnya kemampuan baca tulis penduduk dapat digambarkan melalui angka buta huruf yang sekaligus sebagai salah satu indikator global yang menjadi target dalam Sustainable Development Goals (SDGs).
Indikator ini kerap dilihat sebagai proksi untuk mengukur kemajuan pembangunan sosial dan ekonomi.
Keberhasilan program pemberantasan buta huruf yang sudah dibangun sejak tahun 1995 telah memperlihatkan hasil yang cukup bagus, khususnya pada usia pemuda.
Angka buta huruf pemuda menunjukkan tren menurun selama kurang lebih lima tahun terakhir,.
Angka buta huruf pemuda Indonesia 2013-2017
Jika dilihat kondisi yang terjadi pada tahun 2017, dapat dikatakan bahwa hampir seratus persen pemuda Indonesia sudah memiliki kemampuan baca tulis dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara angka buta huruf pemuda laki-laki maupun perempuan.
Berdasarkan fakta ini, tentunya apa yang sudah menjadi kerja keras bersama pemerintah dan masyarakat dengan berpedoman pada peraturan bersama.
Angka buta huruf pemuda Indonesia tahun 2017
Meskipun besarnya hanya sekitar satu persen, angka buta huruf antara pemuda di daerah perkotaan dan perdesaan masih menunjukkan kesenjangan.
Di mana angka buta huruf pemuda di perdesaan mencapai delapan kali lipat pemuda di perkotaan.
Belum meratanya pembangunan fasilitas pendidikan, serta terbatasnya akses terhadap fasilitas tersebut ikut memicu terjadinya keadaan ini.
Baca Juga: Kapan Menikah? Pemuda Indonesia Makin Betah Melajang
Status ekonomi rumah tangga dapat digambarkan melalui kelompok pengeluaran rumah tangga yang terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok pengeluaran 40 persen terbawah, 40 persen menengah, dan 20 persen teratas.
Jika dilihat dari kelompok pengeluaran, angka buta huruf tertinggi terdapat pada kelompok pengeluaran 40 persen terbawah. Sebesar 0,69 persen penduduknya masih buta huruf, disusul kelompok pengeluaran 40 persen menengah sebesar 0,33 persen dan kelompok pengeluaran 20 persen teratas sebesar 0,25 persen.
Sumber: BPS Indonesia
Posting Komentar untuk "Pendidikan Pemuda Indonesia, Angka Buta Huruf"